Minggu, 11 Agustus 2013

LET ME IN : TEROR DALAM WUJUD BOCAH CILIK




 Jarang sekali kita di Indonesia dapat menyaksikan film-film non-Hollywood  yang berasal dari Eropa, terutama Swedia. Padahal banyak sekali film Swedia yang unik dan menarik. Salah satunya film horor berjudul “Låt den rätte komma in” yang secara harfiah diterjemahkan Biarkan Aku Masuk. Film ini sukses besar di negara asalnya saat diputar tahun 2008. Ceritanya diangkat berdasarkan novel “Låt Den Rätte Komma In” (2004) oleh pengarang Swedia bernama John Ajvide Lindqvist. Novel edisi Amerika yang pertama pada tahun 2007 diberi judul Let Me In karena penerbit beranggapan judul aslinya terlalu panjang.

 Let Me In adalah film daur ulang versi Hollywood untuk kisah film tersebut.Walaupun film ini berfokus dan banyak diperankan oleh anak kecil, tapi bukanlah film konsumsi anak-anak. Beberapa adegan berdarah dan kekerasan menjadikan film ini hanya pantas ditonton bagi mereka yang sudah beranjak dewasa.Penggambaran yang unik dari berbagai karakter dan penataan gambar yang cemerlang menjadi kekuatan film ini disamping tentunya plot cerita yang mengejutkan.

Kodi Smit-McPhee sebagai Owen juga pernah ikut berperan dalam film The Road pada tahun 2009. Di film ini, salah satu soundtracknya adalah lagu lama berjudul “Time (Clock Of The Heart)” yang dibawakan oleh Culture Club. Dalam film versi Swedia,  Eli (Lina Leandersson) adalah seorang anak laki-laki, tapi dalam film remake ini perannya digantikan oleh seorang anak perempuan. Dalam novelnya, ada cerita flashback ke ratusan tahun sebelum cerita ini dimulai, dimana digambarkan ritual aneh dalam sebuah ruangan besar penuh anak kecil. Latar belakang cerita ini menyingkap bahwa Eli atau Abby awalnya adalah anak laki-laki yang kemudian diubah menjadi vampir. Sementara dalam film ini, masa lalu Abby tidak pernah diceritakan, kecuali pada saat ia bilang bahwa ia telah merasakan umur 12 tahun sejak lama sekali.

Seorang anak berumur 12 tahun, Owen, sering disiksa oleh teman-teman sekelasnya. Ia juga sering diabaikan orangtuanya yang bercerai.  Di tengah rasa sepinya, Owen menghabiskan hari dengan merancang rencana balas dendam kepada teman-teman yang sering menyiksanya dan kalau hari telah  malam ia memata-matai apartemen lainnya. Keinginan balas dendam dalam hatinya ini membuat karakter Owen begitu gelap dan menakutkan.





Abby adalah satu-satunya teman baru Owen. Seorang gadis cilik penyendiri yang tinggal bersama ayahnya. Abby hanya terlihat pada malam hari seperti vampire dan selalu bertelanjang kaki, tampaknya ia amat tahan udara dingin. Karena Owen dan Abby sama-sama merasa terasing, otomatis mereka memiliki sebuah ikatan yang unik.
Pada saat terjadi pembunuhan berantai yang sangat mengerikan  di kota tersebut, didapati ayah Abby menghilang. Maka Abby harus mulai mengurus dirinya sendiri. Abby menolak segala bantuan yang Owen tawarkan. Tingkah laku  Abby menjadi semakin aneh. Owen penasran apa yang Abby sembunyikan daripadanya. Apa benar dugaannya  Abby adalah seorang vampire?

Chloe Grace Moretz seperti biasanya tampil mempesona. Perannya sebagai Abby benar-benar mengangkat film ini secara keseluruhan. Dan jangn lupakan pemeran utamanya, Kodi, yang menjalankan perannya sebagai Owen dengan baik. Secara umum, film horor ini berbeda dari yang lain dan layak untuk ditonton penggemar film menakutkan.

.


Produser : Simon Oakes, Guy East, Nigel Sinclair, Donna Gigliotti
Produksi : Overture Films/Relativity Media
Durasi : 116 menit
Pemain : Kodi Smit-Mcphee, Chloë Grace Moretz, Elias Koteas, Richard Jenkins
Sutradara : Matt Reeves

Tidak ada komentar:

Posting Komentar