Minggu, 11 Agustus 2013

WORLD WAR Z (3D) : SAAT TEMBOK YERUSALEM DAN KOREA UTARA MENYELAMATKAN UMAT MANUSIA





Kisah film ini didasarkan novel laris Max Brooks World War Z :An Oral History of the Zombie War. Brad Pitt melalui rumah produksinya, Plan B, sangat agresif mengejar Brooks untuk memfilmkan novel fiksi tersebut. Dengan harga US$ 1 juta akhirnya Pitt sukses memenangkan persaingan yang juga melibatkan rumah produksi milik Leonardo Di Caprio.

Keluarga penulis novel menyayangkan ada beberapa bagian buku yang dihilangkan dan tidak setia pada cerita asli novel. Hal ini terjadi setelah novel dituangkan dalam bentuk skenario. Selama beberapa tahun, naskah mengalami beberapa kali penulisan ulang dan didapatkan naskah akhir seperti yang sekarang difilmkan.

Dalam novel, kaum Yahudi dan warga Palestina dkarantina di balik tembok Yerusalem. Kedamaian tempat itu bukan diganggu para zombie, tapi oleh karena serangan kaum ultra-ortodoks Yahudi yang memberontak. Berbeda dengan di film dimana para zombie yang sangat masif menyerbu dan memanjat sekeliling tembok Yerusalem. Hal ini sangat mengecewakan keluarga Brooks. Bahkan sang anak penulis buku, menolak usulan penerbit yang ingin mencetak ulang novel dengan sampul bergambar Brad Pitt.Brooks junior mengatakan film WWZ hanya sama sebagian dengan novelnya.

Untuk pemirsa yang tidak membaca lebih dahulu novelnya mungkin tidak akan menganggap hal itu berarti banyak. Namun bagi pembaca setia novel Brooks, ini adalah pengkhianatan. Inti cerita yang menyebutkan bahwa wabah endemik dimulai di China, diubah produser film menjadi di negara lain terkendala masalah politik. Mereka meyakini otoritas China tak akan mengizinkan peredaran film ini di pasar China jika cerita asli dipertahankan.


Yang unik dalam kisah ini adalah pemilihan negara Korea Utara dan Israel-Palestina sebagai dua dari sedikit negara yang selamat dari serangan zombie. Konon tembok Yerusalem yang dibangun Benjamin Netanyahu dibangun untuk menangkal serangan zombie ini. Lain halnya dengan pemerintah Korea Utara yang memerintahkan agar warganya mencabut semua gigi mereka. Akibat ompong, dijamin sekalipun mereka tertular, tak dapat menggigit orang lain dan menularkan virus tersebut. Terdengar konyol bukan? Simbol dari peta perpolitikan dunia rasanya.

Jadi, mari lupakan kisah Resident Evil yang semakin amburadul dan sejenak mengupas kelebihan film genre zombie terbaru ini. WWZ dibuka dengan pemandangan kerusakan dunia akibat serangan zombie. Diduga semua terjadi akibat penyebaran virus menular yang mematikan. Gerry Lane (Brad Pitt) terjebak di tengah-tengah kemacetan Philladelphia bersama istri dan kedua anaknya. Saat itulah terjadi kekacauan. Sesosok mahluk menyeramkan membuat kepanikan dengan menyerang setiap orang di dekatnya. Dalam waktu 12 detik orang yang digigitnya berubah menjadi sama seperti mahluk itu.

Maka dengan segala daya, Lane berusaha menyelamatkan keluarganya dari kematian dan ancaman virus mematikan.  Mereka akhirnya selamat dan menumpang sebuah kapal laut milik Angkatan Laut Amerika. Belakangan terkuak bahwa Lane adalah mantan petugas Perserikatan Bangsa-bangsa yang dilatih menghadapi kondisi darurat. Lane pun diberi pilihan: keluarganya meninggalkan kapal itu atau dia mencari tahu penyebab semuanya itu. Mau tak mau Lane akhirnya memilih menyelamatkan keluarganya dan keluar menunaikan tugasnya di tengah-tengah miliaran zombie yang siap memangsanya.

Marc Foster (sutradara) mampui mensinergikan naskah Drew Goddard dan Damon Liondelof menjadi tontonan yang menegangkan. Berbeda dengan karyanya Quantum of Solace yang membosankan, Foster  menjaga ritme ketegangan dan kejutan WWZ dengan baik. Juga tidak ada karakter superhero dalam film ini yang dapat membunuh karakter zombie dengan kuasa superpower-nya. Yang ada hanya manusia biasa bernama Gerry Lane yang rapuh, ketakutan sekaligus berani. Penggambaran karakter yang begitu manusiawi akhirnya membuat film zombie yang satu ini lebih menarik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar